A.
PENDAHULUAN
Proses ekologi yang sifatnya
berputar/berdaur ulang mengharuskan semua sisa atau buangan (output) dari
sistem yang satu, segera diproses lebih lanjut oleh sistem lain, kemudian
menjadi daya pertumbuhan baru (input) bagi sistem tersebut. Dengan pertumbuhan
seperti ini, kestabilan biosfir secara integral dapat bertahan dan lingkungan
tersebut menjadi lestari. Jadi ada semacam mekanisme pengatur diri yang
mengatur input-output dan seterusnya. Perubahan-perubahan dalam batas tertentu
masih ditolelir, akan tetapi apabila ini dilampaui, maka ekosistem yang
seharusnya memproses buangan atau sisa sistem yang lainnya menjadi tidak
berdaya bahkan menghalangi pertumbuhan. Pencemaran akan muncul apabila jumlah
input jumlahnya jauh lebih banyak daripada output (sampah).
Dalam pembuangan sampah pada masyarakat
sekarang ini tidak menggunakan atau mengacu pada etika yang berlaku. Masyarakat
cenderung membuang sampah pada sembarang tempat dan tidak dapat mengelola
sampah organik maupun non organik dengan baik sehingga penumpukan sampah
terjadi di mana-mana dan menimbulkan pencemaran udara yang berindikasi pada bau
yang menyengat dan busuk. Kurangnya SDM yang dapat mengelola sampah juga
menjadi faktor yang harus diperhatikan oleh pemerintah.
Etika dalam pelestarian lingkungan ini
mengacu pada deepecology di mana
pengelolaan lingkungan selalu berhubungan dengan tindakan manusia terhadap
lingkungan itu sendiri. Terdapat 8 prinsip yang memberikan gambaran bagaimana
tindakan manusia terhadap lingkungannya yang membuat lingkungan di sekitar
tidak seimbang. Tindakan manusia yang menyebabkan lingkungan tidak seimbang
salah satunya dalam pengelolaan sampah yang tidak sempurna sehingga menimbulkan
pencemaran yang diakibatkan oleh sampah itu sendiri.
Pencemaran dan sampah merupakan hal yang sangat berpengaruh terhadap
struktur kimia, air tanah dan udara serta dapat merubah nilai keindahan suatu
lingkungan. Pencemaran dan sampah dapat
berpengaruh juga terhadap kesehatan masyarakat, baik langsung maupun tidak
langsung.
B.
PEMBAHASAN
Sampah adalah salah satu masalah penyebab
tidak seimbangnya lingkungan hidup, yang umumnya terdiri dari komposisi sisa
makanan, daun-daun, plastik, kain bekas, karet, tanah dan lain-lain. Bila
dibuang dengan cara ditumpuk saja akan menimbulkan bau dan mengeluarkan gas-gas
yang berbahaya bagi kesehatan manusia. Bila dibakar akan menimbulkan pengotoran
udara, apalagi bila yang terbakar itu bahan-bahan sintesis seperti karet dan
benda sintesis lainnya, yang jenisnya telah banyak muncul akibat perkembangan
peradaban.
Selain itu
tradisi membuang sampah di sungai dapat mengakibatkan pendangkalan yang
demikian cepat, banjir, juga mencemari sumber air permukaan karena pembusukan
sampah tersebut. Jadi pada kenyatannya sampah telah mencemari tanah,
badan-badan air dan udara dalam kota. Sampah industri yang kebanyakan
mengandung zat-zat beracun akan lebih mengganggu kesehatan masyarakat bila
dibuang sembarangan. Jadi harus dibuang di secara khusus dengan tempat yang khusus pula.
Sampah rumah
tangga pembuangan seharusnya dilakukan secara tertib dengan menyediakan tempat
sampah.Selain itu untuk sampah organik bisa terlebih dahulu dicincang, disimpan
dalam tanah kemudian dipergunakan untuk pupuk tanaman halaman. Sedangkan sampah
lain seperti, kertas, plastik, kaleng. dll, sebaiknya tidak dibakar, disimpan
dalam bak sampah secara padat dan rapi agar memudahkan petugas mengumpulkan
sampah dan mengambilnya. Di tempat umum pun harus dibiasakan tertib membuang
sampah termasuk puntung rokok. Kota bersih dan sehat tergantung dari ketertiban
dan sikap warganya.
Sampah
dihasilkan oleh lima sumber utama, yaitu :
1. Rumah Tangga
Sampah domestik yang dihasilkan umumnya
berupa sisa makanan, bahan dan peralatan yang sudah tidak terpakai, bahan
pembungkus, kertas, plastik, dan sebagainya.
2. Tempat perdagangan
Seperti pasar, supermarket, pusat
pertokoan, warung atau pasar malam. Sampah komersial yang dihasilkan misalnya,
bahan dagangan yang rusak, buah, sayur, kertas, plastik, karton dan sebagainya.
3. Industri
Sampah industri yang dihasilkan
tergantung dari macam dan jumlah bahan. Industri seringkali membuang sampahnya
disekitar pabrik, sehingga menimbulkan pencemaran lingkungan. Tentu saja yang
demikian dapat meresahkan penduduk yang bertempat tinggal disekitarnya.
4. Perkebunan
Sampah dari kegiatan pertanian tergolong
bahan organik, seperti jerami dan sejenisnya. Sebagian besar sampah yang
dihasilkan selama musim panen dibakar atau dimanfaatkan untuk pupuk. Untuk
sampah bahan kimia seperti pestisida dan pupuk buatan perlu perlakuan khusus
agar tidak mencemari lingkungan. Sampah pertanian lainnya adalah lembaran
plastik penutup tempat tumbuh-tumbuhan yang berfungsi untuk mengurangi
penguapan dan penghambat pertumbuhan gulma, namun plastik ini dapat di daur
ulang.
5. Sisa bangunan dan konstruksi gedung
Sampah yang berasal dari kegiatan
pembangunan dan pemugaran gedung ini bisa berupa bahan organik maupun
anorganik, misalnya : kayu, bambu, triplek. Sampah anorganik misalnya : semen,
pasir, spesi batu bata, ubin, besi dan baja, kaca dan kaleng.
Jumlah sampah yang berlebihan banyak
menimbulkan pencemaran. Baik pencemaran air, udara, maupun tanah. Sampah yang
menumpuk dalam jumlah besar dan tidak terkelola dengan baik sesuai jenis
sampahnya, maka menghasilkan berbagai dampak lingkungan. Pencemaran adalah
masuk atau dimasukkannya mahluk hidup, zat, energi dan atau
komponen lain ke dalam air
atau udara.
Pencemaran juga bisa berarti berubahnya tatanan (komposisi) air atau udara oleh kegiatan manusia
dan proses alam, sehingga kualitas air atau udara menjadi kurang atau tidak
dapat berfungsi lagi sesuai dengan peruntukkannya. Untuk mencegah terjadinya
pencemaran terhadap lingkungan oleh berbagai aktivitas industri
dan aktivitas manusia,
maka diperlukan pengendalian terhadap pencemaran lingkungan dengan menetapkan baku mutu lingkungan.
Pencemaran
terhadap lingkungan dapat terjadi dimana saja dengan laju yang sangat cepat,
dan beban pencemaran yang semakin berat akibat limbah industri dari
berbagai bahan kimia
termasuk logam
berat.
Sampah juga
akan berbeda jenis, prosentase, dan jumlahnya pada tiap kalangan. Berdasarkan Deep Ecology nomor 6 yang menyatakan
bahwa salah satu dampak apa yang terjadi dalam pada lingkungan diakibatkan oleh
teknologi dan kemampuan ekonomi warga yang tinggal pada lingkungan tersebut. Semakin
banyak penghasilan sekelompok warga, maka kebutuhan juga akan semaikin banyak
dan sampah yang dihasilkan dari kebutuhan tersebut juga akan semakin banyak.
Sampah yang ada akan memberikan dampak bagi lingkungan tersebut.
Selama ini
etika pengelolaan sampah hanya terbatas pada pengumpulan sampah dan memilah
antara sampah organik dan sampah nonorganik. Sampah organik belum dapat
dimnfaatkan sebagaimana mestinya. Kebijakan pemerintah tentang adanya pembagian
tempat sampah dan pemisahan sampah, serta pengambilan sampah oleh petugas
pengelola sampah dan membuangnya pada TPA. Belum ada penanganan dan cara yang
lebih baik lagi agar dampak terhadap lingkungan tidak terlalu buruk.
Kesadaran dan
disiplin dalam pembuangan sampah harus ditanamkan sejak dini. Kesadaran ini
meliputi etika membuang sampah tidak di sembarang tempat. Larangan membuang
sampah di sungai, danau dan di sekitar jalan raya sepertinya harus tegas dan
sedikit memaksa. Karena dampak dilanggarnya hal tersebut dapat berakibat fatal.
Di bawah ini contoh poster yang dibuat oleh pemerintah untuk mengingatkan dan
memberi contoh bagi masyarakat (terutama anak-anak) bagaimana etika dalam membuang
sampah.
Adapun
sikap-sikap yang sesuai dengan etika terhadap lingkungan yang berkaitan dengan
etika pembuangan sampah dalam pengendalian pencemaran lingkungan, antara lain :
1.
Embuang sampah pada tempatnya
2.
Memelihara pepohonan di halaman
3.
Menyapu halaman rumah
4.
Kerja bakti
Sedangkan
sikap yang tidak sesuai dengan etika antara lain:
1.
Membakar sampah
2.
Membuang sampah rumah tangga ke sungai
3.
Membuang sampah di sembarang tempat
C.
KESIMPULAN
Pencemaran
lingkungan diakibatkan oleh sebagian besar oleh penghasilan, teknologi, dan
tingkat ekonomi masyarakat sekitar yang berakibat pada pencemaran sampah hasil dari
gaya hidup dan tingkat kebutuhan. Hal ini sesuai dengan Deep Ecology nomor 6, dan
upaya menanggulangi adalah dengan melakukan etika-etika dalam pengelolan sampah
agar pencemaran lingkungan dapat terminimalisir.
By: Rina Vitdiawati
By: Rina Vitdiawati