Entri Populer

Peranan Etilen Pada Pemasakan Buah

A. Tujuan Praktikum : Mengetahui pengaruh etilen eksternal (alami dan sintesis) terhadap pemasakan buah pisang.
B. Kajian Pustaka
Etilen adalah senyawa hidrokarbon tidak jenuh yang pada suhu kamar berbentuk gas. Senyawa ini dapat menyebabkan terjadinya perubahan-perubahan penting dalam proses pertumbuhan dan pematangan hasil-hasil pertanian. Menurut Abidin (1985) etilen adalah hormon tumbuh yang secara umum berlainan dengan auksin, giberellin dan sitokinin. Dalam keadaan normal, etilen akan berbentuk gas dan struktur kimianya sangat sederhana sekali. Di alam etilen akan berperan apabila terjadi perubahan secara fisiologis pada suatu tanaman. Hormon ini akan berperan dalam proses pematangan buah dalam fase klimaterik.
Klimaterik merupakan suatu fase yang banyak sekali perubahan yang berlangsung (Zimmermar, 1961). Klimaterik juga diartikan sebagai suatu keadaanauto stimulation“ dalam buah sehingga buah menjadi matang yang disertai dengan adanya peningkatan proses respirasi (Hall, 1984). Klimaterik merupakan fase peralihan dari proses pertumbuhan menjadi layu, meningkatnya respirasi tergantung pada jumlah etilen yang dihasilkan serta meningkatnya sintesis protein dan RNA (Heddy, 1989). Dapat disimpulkan bahwa klimaterik adalah suatu periode mendadak yang unik bagi buah tertentu dimana selama proses itu terjadi pembuatan etilen disertai dengan dimulainya proses pematangan buah, buah menunjukkan peningkatan CO2 yang mendadak selama pematangan buah, sehingga disebut buah klimaterik. Bila pola respirasi berbeda karena setelah CO2 dihasilkan tidak meningkat tetapi turun secara perlahan, buah tersebut digolongkan non klimaterik (Zimmermar,1961). Berdasarkan sifat klimakteriknya, proses klimakterik dalam buah dapat dibagi dalam 3 tahap yaitu klimakterik menaik, puncak klimakterik dan klimakterik menurun. Buah-buah yang mengalami proses klimakterik diantaranya yaitu tomat, alpokat, mangga, pepaya, peach dan pear karena buah-buahan tersebut menunjukkan adanya peningkatan CO2 yang mendadak selama pematangan buah. Buah-buah yang mengalami pola berbeda dengan pola diatas diantaranya yaitu ketimun, anggur, limau, semangka, jeruk, nenas dan arbei (Kusumo, 1990).
Kecepatan pemasakan buah terjadi karena zat tumbuh mendorong pemecahan tepung dan penimbunan gula (Kusumo, 1990). Proses pemecahan tepung dan penimbunan gula tersebut merupakan proses pemasakan buah dimana ditandai dengan terjadinya perubahan warna, tekstur buah dan bau pada buah atau terjadinya pemasakan buah. Kebanyakan buah tanda kematangan pertama adalah hilangnya warna hijau. Kandungan klorofil buah yang sedang masak lambat laut berkurang. Saat terjadi klimaterik klorofilase bertanggung jawab atas terjadinya penguraian klorofil. Penguraian hidrolitik klorofilase yang memecah klorofil menjadi bagian vital dan inti porfirin yang masih utuh, maka klorofilida yang bersangkutan tidak akan mengakibatkan perubahan warna. Bagian profirin pada molekul klorofil dapat mengalami oksidasi atau saturasi, sehingga warna akan hilang. Lunaknya buah disebabkan oleh adanya perombakan photopektin yang tidak larut. Pematangan biasanya meningkatkan jumlah gula-gula sederhana yang memberi rasa manis (Fantastico, 1986).
Proses pematangan buah meliputi dua proses yaitu :
1.      Etilen mempengaruhi permeabilitas membran sehingga daya permeabilitas menjadi lebih besar
2.      Kandungan protein meningkat karena etilen telah merangsang sintesis protein. Protein yang terbentuk terlibat dalam proses pematangan buah karena akan meningkatkan enzim yang menyebabkan respirasi klimakterik (Wereing dan Philips, 1970).
Hipotesa antara hubungan etilen dan pematangan buah :
1.        Pematangan diartikan sebagai perwujudan dari proses mulainya proses kelayuan dimana antar sel menjadi terganggu.
2.        Pematangan diartikan sebagai fase akhir dari proses penguraian substrat dan merupakan proses yang dibutuhkan oleh bahan untuk sintesis enzim spesifik dalam proses layu (Heddy,1989).
Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam membahas mekanisme kerja etilen, yaitu:
1.      Jangka waktu yang diperlukan bagi etilen untuk menyelesaikan proses pematangan
2.      Etilen mempunyai sifat-sifat yang sangat unik di dalam proses pematangan buah dan dalam bagian tanaman lainnya
3.      Dalam konsentrasi yang sangat rendah dapat memberikan rangsangan pada aktivitas fisiolog. Sensitivitas jaringan tanaman terhadap etilen yang konsentrasinya sangat rendah yang bervariasi sesuai dengan umurnya (Abidin,1981).

C.   Metode Praktikum
a.       Tempat dan Waktu Praktikum
Tempat            : Di Laboratorium Dasar Biologi UNY
Waktu              : 1-3 Mei 2013
b.      Alat dan Bahan
1)      Pisau
2)      Karbit
3)      Arang
4)      Buah pisang
5)      Buah Apel
6)      Kertas koran
7)      Karet gelang
8)      Timbangan kue
9)      Timbangan analitik
c.       Prosedur
Memilih satu tandan buah pisang yang sudah dewasa (mature) secara fisiologis, ditandai dengan sudut buah pisang yang tidak tampak.
Memotong tandan buah pisang setiap lirangnya tanpa melukai buah pisang itu sender (dari pangkal buah).
Memberi perlakuan terhadap tandan tandan buah pisang (masing-masing 6 buah pisang).
a.       Diberi 3 buah apel
b.      Diberi 3 campuran buah pisang matang dan mentah
c.       Diberi pisang matang 1,5 potong
d.      Diberi 0,5% arang dan 0,5% karbit dari berat buah pisang
e.       Diberi 10% karbit dari berat buah pisang
f.       Diberi apel 1,5 potong

Melakukan pengamatan awal sebelum buah diberi perlakuan, yang meliputi:
a.       Berat buah
b.      Score warna
c.       Kekerasan buah
Memasukkan sumber etilen yang digunakan ke dalam kertas korang kemudian membungkusnya.
Mengamati perubahan susut berat, kekerasan, dan perubahan warna yang ada hingga skor warna menjadi 7.

D.     HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
Rata-rata sebelum perlakuan
parameter
Kel 1
Kel 2
Kel 3
Kel 4
Kel 5
Kel 6
Berat
580 gr
505 gr
495 gr
535 gr
590 gr
554,5 gr
Warna
2
2
2
2
2
1
Kekerasan
2
1
2
2
1
1

Rata-rata setelah pengamatan
parameter
Kel 1
Kel 2
Kel 3
Kel 4
Kel 5
Kel 6
Berat
515 gr
485 gr
472,5 gr
 500gr
560 gr
600,5 gr
Warna
6
7
7
7
7
7
Kekerasan
4
5
4
4
5
4

Keterangan:
Kel 1 : perlakuan a
Kel 2 : perlakuan b
Kel 3 : perlakuan c
Kel 4 : perlakuan d
Kel 5 : perlakuan e
Kel 6 : perlakuan f
Kurva berat pisang sebelum dan sesudah pengmatan (gram)


Pembahasan
Praktikum ini berkaitan dengan peran etilen terhadap pemasakan buah. Etilen yang digunakan dalam praktikum ini ada yang sintetik dan ada yang alami. Etilen sintetik diwakili oleh karbit, sedangkan etilen alami berasal dari buah apel, buah pisang matang, dan arang. Menurut Isbandi (1983), etilen adalah suatu gas yang dibentuk dari pembakaran yang tidak sempurna dari senyawa-senyawa yang kaya akan ikatan karbon seperti batu bara, minyak bumi, dan gas alam.
Praktikum ini dimulai dari pemilihan buah pisang yang sudah mature secara fisiologis. Cara yang dilakukan sama halnya seperti ibu-ibu yang hendak memeram buah pisang. Penambahan etilen pada proses pemeraman ini bertujuan untuk mengetahui apakan etilen dapat mempengaruhui pemasakan buah. Buah yang digunakan merupakan buah yang mampu mengalami peningkatan aktivitas respirasi pada saat setelah dipetik dari pohon (pemasakkan), buah yang demikian disebut dengan buah klimaterik. Contoh buah klimaterik antara lain adalah pisang, mangga, apulkat, dan pepaya.
Buah pisang yang diperam dapat berubah menjadi masak dikarenakan buah tersebut dapat mengalami peningkatan laju respirasi dan banyak menghasilkan CO2. Menururt Kusumo (1990) klimaterik adalah suatu periode mendadak yang unik bagi buah tertentu dimana selama proses itu terjadi pembuatan etilen disertai dengan dimulainya proses pematangan buah, buah menunjukkan peningkatan CO2 yang mendadak selama pematangan buah, sehingga disebut buah klimaterik.
Berdasarkan hasil pengamatan, semua buah yang diperam dengan penambahan etile eksternal mengalami perubahan secara morfologi dan mengindikasikan bahwa buah pisang tersebut telah masak. Perubahan morfologi yang dapat diamati antara lain adalah berat, warna, dan kekerasan buah. Dari segi warna, semua menunjukkan terjadi perubahan warna dari hijau (2) menjadi warna kuning dengan bercak-bercak coklat (6-7). Perubahan warna ini dikarenakan adanya perombakan klorofil pada kulit buah pisang. Menurut Fantastico (1986) kandungan klorofil buah yang sedang masak lambat laut berkurang. Saat terjadi klimaterik klorofilase bertanggung jawab atas terjadinya penguraian klorofil. Penguraian hidrolitik klorofilase yang memecah klorofil menjadi bagian vital dan inti porfirin yang masih utuh, maka klorofilida yang bersangkutan tidak akan mengakibatkan perubahan warna. Bagian profirin pada molekul klorofil dapat mengalami oksidasi atau saturasi, sehingga warna akan hilang.
Indikator pemasakan buah yang selanjutnya adalah perbuahan tekstur buah yang awalnya keras menjadi lunak. Lunaknya buah disebabkan oleh adanya perombakan photopektin yang tidak larut. Pematangan biasanya meningkatkan jumlah gula-gula sederhana yang memberi rasa manis (Fantastico, 1986). Sedangkan indikator lain adalah berubahnya berat buah pisang. Buah pisang mengalami penurunan berat ketika sudah masak. Hal ini dikarenakan buah tersebut mengalami pemecahan tepung (pati) menjadi gula-gula yang lebih sederhana, sehingga menyebabkan penurunan berat buah pisang.
Hasil praktikum yang tercamtum di atas menunjukkan adanya peningkatan berat pisang pada saat pisang sudah masak pada salah satu perlakuan, yaitu pada kelompok 6 dengan perlakuan 1,5 apel. Hal ini belum diketahui penyebabnya baik secara teoritis maupun secara teknis percobaan. Pada dasarnya semua buah pisang yang diberi etilen eksogen dapat mengalami pematangan, baik etilen alami maupun etilen sintetik. Peran hormon etilen ini pada pemasakan buah adalah etilen mempengaruhi permeabilitas membran sehingga daya permeabilitas menjadi lebih besar. Kandungan protein meningkat karena etilen telah merangsang sintesis protein. Protein yang terbentuk terlibat dalam proses pematangan buah karena akan meningkatkan enzim yang menyebabkan respirasi klimakterik (Wereing dan Philips, 1970).

I.  KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Etilen alami maupun sintetik dapat mempercepat pemasakkan buah pisang, pemasakkan buah pisang ditandai dengan adanya penurunan berat buah, perubahan warna menjadi kuning dan buah menjadi lunak.
Saran
Perlu dilakukan study lebih lanjut untuk menjelaskan bagaimana mekanisme terjadinya penambahan berat buah pisang saat telah masak.
DAFTAR PUSTAKA

Abidin, Z. 1985. Dasar-Dasar Pengetahuan Tentang Zat Pengatur Tumbuh. Angkasa, Bandung.
Chaitimatun Nisa dan Rodinah. 2005. Kulktur Jaringan Beberapa Kultivar Buah Pisang (Musa paradisiacal L.) Dengan Pemberian Campuran NAA dan Kinetin. Bioscientiae Vol. 2, No, 2, Hal. 23-36. Program Studi Biologi FMIPA Universitas Lambung Mangkurat. Kalimantan Selatan.
Fantastico. 1986. Fisiologi Pasca Panen. Gajah Mada University Press, Yogyakarta.
Hall, J.L.1984.Plany Cell Structure and Metabolism. Language Book society. English.
Isbandi J. 1983. Pertumbuhan dan Perkembangan Tanaman. Yogyakarta: Fakultas Pertanian UGM.
Kusumo, S. 1990. Zat Pengatur Tumbuhan Tanaman. Yasaguna, Jakarta.
Heddy, S. 1989. Hormon Tumbuhan. CV Rajawali, Jakarta.
Zummermar,P.W. Plant Growth Regulation.The Lowa State University Press.USA


Oleh:
Rina Vitdiawati
Puput Winarsih
Irkhas Aliyah
Khasan Munthalib

Related Post

Previous
Next Post »