Dalam
ujian kelas standar, bentuk jawaban yang paling sering digunakan adalah mengisi
titik-titik, menyebutkan daftar jawaban, jawaban pendek, dan pertanyaan uraian Raymon H. Witte (2012). Mengisikan jawaban
atau supply response test adalah
jenis soal dimana siswa atau peserta didik diharuskan untuk mengisi dan
menuliskan jawaban (Herman Yosep, 2014:99). Dari pengertian tersebut, dapat diartikan
bahwa soal mengisikan jawaban atau supply
response test adalah salah suatu jenis dari tes tertulis, dimana peserta
didik mengisi atau menuliskan jawaban dan tidak hanya sekedar memilih pilihan
jawaban yang telah disediakan.
Bentuk tes tertulis yang berupa
mengisikan jawaban (supply response test)
terdiri dari soal beserta rubrik dan atau pedoman pensekoran. Jika dilihat dari
cara berfikir dalam penyelesaian/mengerjakan soal, supply response test yang bersifat konvergen (mengarah ke suatu
jawaban yang benar) adalah isian singkat dan uraian obyektif (uraian terbatas/terstuktur).
Sedangkan yang bersifat divergen (mengarah ke lebih dari satu jawaban yang
benar) adalah uraian terbuka/bebas (Bambang Subali, 2012: 65). Raymon H. Witte
(2012) menyebut uraian obyektif adalah uraian terbatas (restricted response), sedangkan uraian terbuka/bebas (open ended supply response test) disebut
juga dengan istilah extended response.
Raymon
H. Witte (2012) dalam bukunya yang berjudul Classroom
Assessment for Teacher menyebutkan bahwa supply response test atau tes mengisikan jawaban terdiri dari tiga
jenis, yaitu:
1. Melengkapi Soal
Titik-Titik (Fill In Blank/FIB) atau Completion
Questions
Pertanyaan untuk
melengkapi/melengkapi pernyataan (completion
questions) (Grondlund, N. E. 1985), misalnya melengkapi soal
titik-titik (Fill In Blank/FIB) melibatkan peserta
didik
untuk melengkapi pernyataan atau item yang
diberikan dimana sebuah kata utama sengaja dihilangkan (Raymond H. Witte, 2012). Bentuk soal melengkapi berupa sebuah kalimat yang
belum lengkap dan siswa diharuskan untuk melengkapi kalimat tersebut, dimana
biasanya bagian yang rumpang berada di bagian akhir kalimat. Namun ada juga
beberapa bagian rumpang berada di awal maupun bagian tengah pernyataan. Menurut
Herman Yosep E., dan Yustiana Wahyu (2014: 102), soal melengkapi yang lebih
baik adalah bagian rumpangnya berada di akhir kalimat dan hanya terdapat satu atau
dua bagian rumpang saja dalam satu pernyataan.
Pernyataan yang diberikan
pada peserta didik berisi latar
belakang dan konteks yang berhubungan dengan jawaban yang diminta. Pernyataan
didalam soal tersebut mengharuskan peserta
didik
untuk memberikan informasi spresifik yang dapat melengkapi pernyataan tersebut
secara akurat. Jenis pertanyaan ini (FIB) digunakan karena mudah untuk
memberi nilai dan menilai pemahaman siswa secara spesifik dan ingatan informasi
yang bersifat faktual.
Grondlund N. E. (1985) menyebutkan
bahwa jenis soal ini dapat digunakan untuk mengukur hasil belajar yang relatif
sederhana.
Menurut Hamzah B. Uno (2012),
item tes melengkapi hampir sama dengan soal jawaban singkat, yaitu merupakan
tipe item tes yang bisa dijawab dengan kata, frase, bilangan atau simbol.
Bedanya, item tes melengkapi (FIB) merupakan pernyataan yang tidak lengkap, dan
siswa diminta untuk melengkapi pernyataan tersebut, sedangkan soal jawaban
singkat menggunakan kalimat tanya secara langsung. Pendapat ini juga
sepemahaman dengan apa yang disebutkan oleh Gronlund N. E. (1985: 147) bahwa:
“The short answer item and the
complition item both are supply-test items that be answered by a word, phrase,
number or symbol. They are essentially the same, differng only in the method of
presenting the problem. The short answer item uses a direct question wheares
the complition item consist of an incomplete statment”.
Item tes melengkapi
merupakan item tes yang paling mudah dalam penyususnan karena mengukur hasil
belajar yang relatif sederhana. Keuntungan item tes melengkapi adalah siswa
harus memberikan jawaban sehingga menghindari tindakan siswa menebak jawaban
sehingga dapat menghindari efek “guessing”.
Selain itu, item tes ini juga sagat efektif untuk menggali ingatan tentang
suatu materi pada diri peserta didik. Selain kelebihan yang dimiliki, item tes
ini juga memiliki kekurangan yaitu, tidak dapat digunakan untuk mengukur
tingkat pemahaman tingkat tinggi Gronlund N. E. (1985: 151). Berikut ini tips membuat soal melengkapi (Fill In Blank/FIB)
atau completion:
a. Hindari soal
isian pada titik-titik pada 2 tempat yang berbeda. Sebaiknya hanya satu bagian
saja yang perlu diisi karena jika lebih dari 1 isian kosong dapat menimbulkan
kebingungan pada peserta didik.
b. Sebaiknya isian
titik-titik diletakkan pada akhir statemen untuk memudahkan siswa memahami
statemen.
c. Panjang isian
titik-titik harus seragam untuk menghindari adanya petunjuk jawaban singkat
pada titik-titik yang singkat dan jawaban panjang pada titik-titik panjang.
Pembuatan soal dalam
bentuk melengkapi jawaban (fill in blank)
atau complition question memiliki
syarat-syarat tertentu agar soal lebih mudah dipahami dan dapat mengukur
kemampuan siswa dengan baik dan benar. Pokok uji bentuk ini merupakan pokok uji
yang jawabanya berupa kata atau frase kata. Oleh karena itu dalam penyusunanya
harus diusahakan agar jawabanya bersifat tunggal, jangan sampai muncul jawaban
alternatif. Menurut Bambang Subali (2012: 67-68), syarat item bentuk melengkapi
adalah sebagai berikut:
a.
Aspek materi
1)
Soal sesuai
indikator
2)
Batasan
pertanyaan dan jawaban yang diharapkan jelas
3)
Isi materi
sesuai dengan tujuan pengukuran
4)
Isi materi yang
ditanyakan sesuai dengan jenjang, jenis sekolah, dan tingkat kelas.
b.
Aspek konstruksi
1)
Rumusan kalimat
dalam bentuk kalimat terbuka (yang belum lengkap) yang hanya memerlukan
tambahan kata yang merupakan jawaban/kunci
2)
Item tidak
bergantung pada item sebelumnya.
c.
Aspek bahasa
1)
Rumusan kalimat
soal komunikatif
2)
Kalimat
menggunakan bahasan yang baik dan benar, sesuai dengan jenis bahasaya
3)
Rumusan kalimat
tidak menimbulkan penafsiran ganda atau salah pengertian
Menggunakan
bahasa/kata yang umum (bukan bahasa lokal).
Soal melengkapi
memiliki kaidah-kaidah tertentu dalam penyusunan supaya menjadi soal yang baik
dan dapat mengukur indikator yang ingin dicapai melalui tes melengkapi. Adapun
kaidah penyusunan soal melengkapi menurut Grondlund N. E. (1985: 150-152), Herman Yosep Sunu E., dan Yustiana Wahyu
(2014) adalah sebagai berikut:
a.
Kalimat yang
digunakan untuk soal ini sebaiknya mengarahkan peserta didik untuk menjawab
dengan singkat dan spesifik karena seperti yang telah diketahui bahwa tipe item
soal ini mengharuskan jawaban dalam bentuk kata, frase, angka maupun simbol,
maka soalnya harus jelas.
b.
Penyusunan butir
soal menggunakan kalimat yang dibuat sendiri, bukan mengutip kalimat atau
pernyataan yang tertera dalam buku teks atau buku pelajaran. Cara tersebut
berguna untuk menghindari siswa sekedar menghafal bahan/materi pembelajaran,
sekaligus membuat siswa termotivasi untuk belajar sehingga menguasai
bahan/materi pembelajaran yang diujikan.
c.
Tidak meletakkan
tempat kosong atau rumpang untuk mengisi atau menuliskan jawaban di depan
pernyataan, melainkan meletakkan di bagian belakang kalimat pernyataan.
d.
Setiap
pertanyaan soal melengkapi mempunyai satu hingga dua tempat kosong atau rumpang
yang harus diisi jawaban. Apabila penyajian suatu soal memberikan terlalu
banyak tempat kosong yang diisi jawaban, siswa dapat kesulitan dalam memahami
pertanyaan yang disajikan.
e.
Tempat kosong
atau rumpang untuk tempat mengisi jawaban melengkapi harus memiliki panjang
yang sama. Seandainya tidak sama, hal tersebut dapat menjadi petunjuk bagi
peserta didik dalam mengerjakan soal.
Contohnya:
1)
Satu tempat
jawaban
Zona
yang berada di antara garis Webber dan Wallace disebut _______.
Jawaban
: (Zona Peralihan).
Skor
1: benar
Skor
0 : salah
2)
Dua tempat
jawaban
Indonesia
bagian barat yang dibatasi oleh garis Webber disebut ________ dan bagian timur
yang dibatasi oleh garis Wallace disebut ________.
Jawaban:
(Zona Orientalis) dan (Zona Australis) Ã tidak boleh dibalik.
Skor
2 : kedua jawaban benar
Skor
1 : satu jawaban benar
Skor 0 : semua jawaban
salah/tidak diisi.
1. Jawaban Singkat (Short Answer)
Soal dengan jawaban singkat (short answer) mengharuskan siswa untuk
memberi jawaban atau tanggapan berupa beberapa kata (frase) hingga sebuah kalimat utuh atau lebih. Soal
ini disajikan dalam bentuk kalimat tanya yang lengkap dan jelas, bukan
disajikan dalam bentuk pernyataan. Soal jenis ini berguna untuk mengukur kemampuan ingatan siswa tentang
pelajaran dan pemahaman umum. Menurut Hamzah
B. Uno (2012) dan Grondlund N. E. (1985: 147), tes jawaban singkat merupakan
tipe item tes yang bisa dijawab dengan kata, frase, bilangan atau simbol. Item
tes jawaban singkat menggunakan pertanyaan langsung, dan siswa diminta untuk
memberi jawaban secara singkat, tepat dan jelas. Item jawaban singkat cocok
untuk mengukur hasil belajar yang relatif sederhana.
Dengan demikian dapat
diartikan bahwa soal jawaban singkat (short
answer) dalam biologi adalah jenis soal supply
response test yang mengharuskan siswa mengisikan jawaban/tanggapan yang
berupa kata, frase, sebuah kalimat utuh atau lebih untuk mengukur hasil belajar
yang sederhana (tingkat kognitif rendah).
Keuntungan dalam jenis soal ini adalah siswa diharuskan untuk
memproduksi atau menghasilkan jawaban yang benar bukan hanya sekedar menemukan jawaban yang tepat. Selain itu tipe soal ini
berguna untuk menentukan apakah siswa dapat mengingat informasi secara faktual
yang diminta. Soal pemahaman dapat didesain secara mudah dengan
soal jawaban singkat dan proses
untuk mengkoreksi tidak terlalu membutuhkan waktu lama. Membuat soal jenis ini
juga lebih pasti. Yang menantang dari soal ini adalah menentukan jawaban yang
benar dan bagian penting (keyword) yang harus ada
dalam jawaban untuk menilai siswa. Selain itu faktor yang lain seperti ejaan
dan bacaan yang tepat harus dipertimbangkan. Berikut
ini adalah tips soal jawaban singkat
menurut Grondlund N. E. (1985: 150-152), Herman Yosep Sunu E., dan Yustiana
Wahyu (2014):
a. Kalimat yang digunakan untuk soal ini sebaiknya
mengarahkan peserta didik untuk menjawab dengan singkat dan spesifik karena
seperti yang telah diketahui bahwa tipe item soal ini mengharuskan jawaban
dalam bentuk kata, frase, angka maupun simbol, maka soalnya harus jelas.
b. Guru harus
membuat pertanyaan yang jelas dan singkat. Tingkat kesulitan harus disesuaikan
dengan umur dan kemampuan baca umum dari siswa yang akan diuji. Pada soal
jawaban singkat, ketepatan penulisan sangat penting karena soal tersebut
membutuhkan jawaban yang spesifik.
c. Soal harus
memiliki jawaban yang jelas dan pasti. Hindari soal-soal yang memiliki jawaban
benar yang lebih dari satu.
d. Pastikan jawaban
yang benar pada soal jawaban singkat sebelum soal diujikan kepada siswa. Jika
ditemukan kemungkinan jawaban lain yang benar, maka soal tersebut harus
direvisi agar soal hanya benar-benar memiliki satu jawaban yang pasti.
Soal melengkapi
memiliki kaidah-kaidah tertentu dalam penyusunan supaya menjadi soal yang baik
dan dapat mengukur indikator yang ingin dicapai melalui tes melengkapi. Adapun
kaidah penyusunan soal melengkapi menurut Grondlund N. E. (1985: 150-152), Herman
Yosep Sunu E., dan Yustiana Wahyu (2014) adalah sebagai berikut:
a.
Penyusunan butir
soal menggunakan kalimat yang dibuat sendiri, bukan mengutip kalimat atau
pernyataan yang tertera dalam buku teks atau buku pelajaran. Cara tersebut
berguna untuk menghindari siswa sekedar menghafal bahan/materi pembelajaran,
sekaligus membuat siswa termotivasi untuk belajar sehingga menguasai
bahan/materi pembelajaran yang diujikan.
b.
Penulisan butir
soal mengacu pada jawaban yang singkat, spesifik dan unik seperti yang
diharapkan. Guru harus mengusahakan setiap pertanyaan yang disajikan menuntun
siswa untuk menuliskan jawaban seperti kunci jawabanya, bukan jawaban terbuka
atau bervariasi.
Contohnya:
1)
Soal dengan
jawaban berupa kata/frase
Soal
kurang baik:
Di
manakah komodo dapat ditemukan?
Alternatif
jawaban: Indonesia, pulau komodo
Soal
lebih baik:
Di
zona manakah komodo dapat ditemukan di Indonesia?
Kunci
Jawaban: Peralihan (kata)
Di
zona manakah komodo dapat ditemukan di Indonesia?
Kunci
Jawaban: Zona peralihan (frase)
Skor
1: benar
Skor
0: salah
2)
Soal dengan
jawaban berupa kalimat pendek
Mengapa
Indonesia memiliki keanekaragaman hayati yang sangat kaya?
Kunci Jawaban: Memiliki iklim tropis dan dilewati
garis khatulistiwa Ã
keywords.
Kalau
sususanya tidak seprti kunci jawaban, maka jawaban dianggap salah, misalnya
peserta didik menjawab “memiliki garis khatulistiwa dan dilewati iklim tropis”.
Skor 3 : jika semua keywords disebutkan dan susunan kalimat sesuai dengan keywords
Skor 2 : jika sebagian keywords dituliskan dalam jawaban.
Skor 1 : jika keywords
disebutkan tetapi tidak sesuai dengan susunan.
Skor 0 : jika tidak sesuai dengan keywords atau tidak diisi jawaban.
1. Uraian (Essay)
Pertanyaan uraian atau esai
merupakan pertanyaan yang membutuhkan jawaban panjang/luas dan lebih dalam,
adalah item yang umum dan kuat digunakan untuk ujian
tingkat pemikiran yang lebih tinggi
(Raymon H. Witte, 2012). Grondlund N. E.
(1985: 213-214) menjelaskan bahwa:
“The
distinctive feature of essay question is the freedom of response. Pupils are
free to select, relate, and present ideas in their own words. Although this
freedom enhances the value of essay questions as a measure of complex
achievement, it introduces scoring difficulties that make them inefficient as a
measure of factual knowledge. For most purpose, knowledge of factual
information can be more efficiently measured by some type of objective item.”
Sehingga dapat dijelaskan bahwa
penggunaan soal esai memungkinkan peserta didik secara bebas dapat mengisi
jawaban menggunakan kalimat atau bahasanya sendiri. Soal esai sulit jika
digunakan untuk mengungkap pengetahuan faktual. Soal yang paling tepat untuk
mengukur pengetahuan faktual adalah tipe objektif.
Soal esai digunakan
untuk mengukur tujuan belajar yang tidak dapat diukur menggunakan objective response atau selected response test. Soal ini
merupakan jenis soal yang memiliki standar esensi
tingi untuk menguji kemampuan siswa pada ujian tertulis. Soal ini dapat
didesain secara khusus dan detail dimana siswa harus menjawab sesuai tujuan
instruksi yang sudah disesuaikan. Kemudian di dalam jenis soal esai, kita dapat mengambil informasi luas yang dimiliki
oleh siswa. Contohnya adalah
siswa dapat memberikan gambaran mereka berupa pemahaman, analisa atau evaluasi dari teori yang berhubungan dengan konten
khusus atau dasar ilmu. Kemudian tipe pertanyaan ini dapat menjelaskan proses
pemikiran siswa berdasarkan bagaimana mereka menuliskan jawaban mereka
(informasi yang berkaitan, bagaimana jawaban ditulis dan poin utama yang
ditekankan dalam jawaban). Guru dapat menilai penulisan dan struktur jawaban
yang diberikan oleh siswa termasuk pemilihan kata dan ide untuk mengekspresikan
dan mendukung jawaban mereka (Raymon H.
Witte, 2012).
Menurut Peter (1991), panjang dari
tanggapan atau jawaban yang diisikan oleh siswa pada soal esai ini lebih
beragam dan lebih panjang jika dibandingkan dengan short answer dan complition
qestion yang umumnya hanya berupa kata, frase dan kalimat pendek. Pertanyaan
dalam bentuk esai dapat digunakan untuk mengakses kemampuan tingkat tinggi dan rendah meskipun lebih cocok untuk menilai kemampuan pengorganisasian, ekspresi, dan kelogisan.
Salah satu jenis pertanyaan
yang menilai proses pemikiran tingkat tinggi adalah pertanyaan essay. Esay
memberikan siswa kesempatan untuk menyusun, menganalisa, mengintegrasi dan
menyejikan ide dari pada hanya memberikan sebuah fakta yang telah mereka
pelajari. Dalam menjawab pertanyaan tersebut mereka tidak hanya sekedar
menyebutkan fakta namun harus menyusun jawaban dengan cara baru, menunjukkan
hubungan diantaranya, menarik kesimpulan darinya, mengidentifikasi poin yang
mendukung poin tersebut dan sebagainya. Proses mental ini tidak hanya terjadi
pada ingatan saja namun dihasilkan ketika siswa dihadapkan pada pertanyaan
esai. Jika murid hanya menjawab pertanyaan esai dengan jawaban yang diingatnya,
maka jenis pertanyaan ini tidak cocok untuk menilai kemampuan pembelajaran
siswa. Kemampuan mengingat fakta dalam pelajran lebih cocok di uji dengan tipe
soal item terstruktur. Pertanyaan esai adalah pertanyaan yang membutuhakn
proses pemikiran tingkat tinggi yang cocok untuk mengukur kemampuan siswa dalam
memahami ide, kemampuan mengunakan ide dalam situasi baru, kemampuan untuk
melihat hubungan diantara ide, dan kemampuan untuk menggunakan logika dalam
menghubungakan point menjadi satu menjadi argumen yang koheren.
Dalam menyusun soal esai terdapat dua bentuk dasar yang dikenali yaitu uraian terbatas
(restricted response) dan uraian bebas (extended response).
a. Uraian terbatas/ terstruktur (restricted
response)
Soal uraian terbatas disebut juga dengan soal uraian
terstruktur, dalam buku-buku lain juga disebutkan sebagai restricted response. Groundlund N. E. (1985) memberi pengertian
tentang uraian terbatas sebagai,
“The
restricted response question usually limits both the
content and the response. The content is usually restricted by the scope of the
topic to be discussed. Limitiations on the form of response are generally
indicated in the question.”
Jawaban uraian
terbatas didesain untuk mengukur batasan khusus disekitar
jawaban siswa khususnya pada fokus utama dan kemungkinan
panjangnya jawaban tersebut. Pada jawaban terbatas dapat digunakan kata-kata
panduan seperti sebutkan, jelaskan, atau definisikan dalam pertanyaan. Atau
juga dapat diberikan batasan panjang pada jawaban yang ditulis siswa contohnya
beberapa kalimat hingga beberapa paragraf
(Raymon H. Witte, 2012). Hamzah B. Uno (2012)
mengatakan bahwa bentuk uraian terbatas atau terstruktur meminta siswa untuk
memberikan jawaban terhadap soal dengan persyaratan tertentu. Jika dilihat dari
cara berfikir dalam penyelesaian/mengerjakan soal, restricted response bersifat konvergen (mengarah ke suatu jawaban
yang benar) (Bambang Subali, 2012: 65).
Contoh soal uraian terbatas:
Tuliskan
3 hal yang Anda ketahui tentang Zona Oriental!
Jawaban:
-
Zona Oriental
meliputi Sumatra, Jawa dan Kalimantan
-
Hewan dan
tumbuhan memiliki ciri yang mirip dengan hewan dan tumbuhan yang terletak di
Benua Asia.
-
Terdapat garis
Webber yang membatasinya dengan Zona Peralihan
Skor 4 :
Jika semua jawaban (3) disebutkan dengan benar
Skor 3 : Jika hanya menyebutkan kurang dari 3 kunci
jawaban namun diberi ciri lain selain yang ada di kunci jawaban.
Skor 2 : Jika menyebutkan ciri lain selain yang ada
di kunci jawaban (misalnya menyebutkan ciri tumbuhan dan hewan pada zona
Oriental).
Skor 1 : Jika menyebutkan jawaban lain selain di
kunci jawaban
Skor 0 : Jika jawaban tidak diisi atau tidak
dijawab.
a. Uraian terbuka/bebas (extended response/open ended supply respon
test)
Soal uraian terbuka disebut dengan soal uraian
bebas, dalam beberapa buku ada yang menyebutnya dengan extended response dan ada juga yang menyebutnya dengan istilah open ended supply response test. Groundlund
N. E. (1985) menjelaskan tentang uraian bebas, yaitu:
“The extended response question allows pupils
to select any factual information that they think is pertinent, to organize the
answer in accordance with their best judgment, and to integrate and evaluate
ideas as they deem appopriate. This freedom anables them to demonstrate their
ability to select, organize, integrate, and evaluate ideas. On the other hand,
this same freedom makes the extended response question inefficient for
meansuring more spesific learning outcomes and introduces scoring difficulties
that severely restrict its use as a meansuring instrument.”
Jawaban soal uraian bebas memungkinkan jawaban dengan
fleksibilitas tinggi dalam penulisan tanggapan dari pertanyaan. Secara khusus
terdapat beberapa aturan seperti berapa halaman jawaban yang ditulis dan siswa
dapat menuliskan jawaban dengan “pemikiran bebas’ (Raymon H. Witte, 2012). Jika dilihat dari cara berfikir dalam
penyelesaian/mengerjakan soal, open ended
supply response test bersifat divergen (mengarah ke lebih dari satu jawaban
yang benar) (Bambang Subali, 2012: 65).
Keuntungan besar dari jenis
tanggapan ini adalah adanya kesempatan untuk menilai setiap pemikiran tingkat
tinggi pada siswa dan pengorganisasian. Jika dirancang
dengan baik, soal uraian bebas dapat digunakan untuk
menilai kemampauan siswa dalam analisa, evaluasi dan kreasi yang jarang
didapatkan dari jenis pertanyaan yang lain. Akan tetapi karena dibutuhkanya
waktu lama dan usaha yang lebih keras maka jumlah pertanyaan yang dapat
diberikan kepada siswa sangat terbatas. Penggunaan
waktu yang terbatas dalam soal uraian bebas, sehingga pemilihan soal harus
diperhatikan secara khusus. Hamzah B. Uno (2012),
menambahkan bahwa bentuk uraian bebas memberikan kebebasan kepada siswa untuk
memberikan opini serta alasan yang diperlukan. Jawaban siswa tidak dibatasi
oleh persyaratan tertentu.
Contoh soal uraian bebas:
Uraikan berbagai alternatif cara untuk menjaga
keanekaragaman yang ada di Indonesia! (skor 25, waktu 10 menit)
Pertanyaan uraian merupakan jenis
soal yang sering digunakan oleh guru. Dalam pertanyaan ini yang dapat dicapai adalah pemahaman pembelajaran tingkat tinggi. Jenis
pertanyaan ini cenderung menanyakan tanggapan mendalam pada isu atau kondisi
khusus dan tidak merujuk pada pandangan luas dari pembelajaran atau materi yang
diberikan di dalam kelas. Berikut ini
adalah tips
pertanyaan uraian oleh (Raymond H. Witte,
2012):
a. Pertanyaan atau
pernyataan harus jelas dan mudah dibaca termasuk tuntuntan khusus dalam
pertanyaan yang harus diberikan oleh siswa.
b. Memberikan
panduan khusus yang diberikan, jika ada dan perlu, yang harus dihadirkan dalam
soal (maksimal jawaban 3 paragraf, berikan contoh, referensi yang diminta pada
setiap teori yang disebutkan).
c. Pada proses
penilaian soal ini harus ditentukan kunci penilaian berupa poin-poin jawaban yang harus ada di dalam jawaban seperti
waktu, lokasi, tokoh utama, dan sebagainya. Setiap poin tersebut memberikan nilai pada jawaban, sehingga
untuk mendapatkan nilai sempurna maka seluruh poin harus hadir
dalam jawaban.
d. Karena soal esai
membutuhkan waktu panjang, maka harus dipertimbangkan juga dalam waktu tes yang
dialokasikan.
e. Karena jawaban
yang panjang, maka harus disebutkan nilai pada setiap pertanyaanya sehingga
siswa dapat mengalokasikan waktunya sesuai dengan nilai pada setiap pertanyaan.
f. Agar siswa
familiar dengan jenis soal seperti ini, sebaiknya dilakukan
latihan dengan soal ini terlebih dahulu dalam kelas sebelum diberikan dalam
bentuk ujian yang sesungguhnya.
g.
Ketika menilai pertanyaan uraian, nilai seluruh siswa pada soal yang sama sebelum
mengkoreksi pada soal yang lainya. Kemudian ketika menilainya sebaiknya jangan
melihat nama peserta didik/siswa untuk
mengontrol potensi bias dan meningkatkan objektifitas dalam proses penilaian.
Selain memperhatikan tips dalam membuat soal uraian, guru juga harus
memperatikan beberapa syarat dalam pembuatan item soal uraian. Menurut Bambang
Subali (2012: 67-68), syarat item soal bentuk uraian adalah sebagai berikut:
a. Dari segi materi
1)
Soal sesuai indikator
2)
Batasan
pertanyaan dan jawaban yang diharapkan jelas
3)
Isi materi
sesuai dengan tujuan pengukuran
4)
Isi materi yang
ditanyakan sesuai dengan jenjang, jenis sekolah, dan tingkat kelas.
b.
Dari aspek
konstruksi
1)
Rumusan kalimat
dalam bentuk kalimat tanya atau perintah yang menuntut jawaban terurai
2)
Ada petunjuk
yang jelas cara mengerjakan/menyelesaikan soal
3)
Ada pedoman
pensekoran
4)
Tabel, grafik,
diagram kasus, atau yang sejenisnya bermakna (jelas keteranganya atau ada
hubunganya dengan masalah yang ditanyakan)
5)
Item tidak
bergantung pada item sebelumnya
c.
Dari aspek
bahasa
1)
Rumusan kalimat
soal komunikatif
2)
Kalimat
menggunakan bahasan yang baik dan benar, sesuai dengan jenis bahasaya
3)
Rumusan kalimat
tidak menimbulkan penafsiran ganda atau salah pengertian
4)
Menggunakan
bahasa/kata yang umum (bukan bahasa lokal)
5)
Rumusan soal
tidak mengandung kata-kata yang dapat menyinggung perasaan siswa.
Soal uraian memiliki
kaidah dalam penyusunan soal agar soal tidak mengandung berbagai persepsi dan
membuat bingung peserta didik. Adapun kaidah penulisan tersebut menurut Yosep
Sunu E., dan Yustiana W. (2014) adalah sebagai berikut:
a.
Merumuskan
kalimat butir soal secara rinci dan jelas sehingga siswa tidak salah
mengartikan dan membat tafsiran ganda. Tafsiran ganda membuat maksud pertanyaan
menjadi kabur dan siswa menjadi bingung merumuskan dan menuliskan jawaban.
Menghindari memberikan pilihan
bitur soal yang harus dijawab siswa. Misalnya disediakan 5 butir soal dan
peserta didik diminta untuk memilih 3 soal yang akan dikerjakan. Jenis soal
yang seperti ini akan membuat pensekoran menjadi rumit jika peserta didik memilih
soal yang berbeda-beda, sehingga memerlukan waktu koreksi yang lebih lama.
DAFTAR PUSTAKA
Airasian, P. W. (1991). Classroom Assessment. United States : McGraw-Hill, Inc.
Anderson & Krathwohl. 2002. A Taxonomy for Learning, Teaching, and Assessing. A
Revision of Bloom’s Taxonomy of Educational Objectives. New York: Addison Wesley Longman, Inc.
Anderson, L. W. dan Krathwohl, D. R. (2015). Kerangka Landasan untuk Pembelajaran,
Pengajaran, dan Asesmen. Terjemahan oleh Agung Prihantoro. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.
Ahiri, Jafar. (2008). Teknik Penilaian Kelas Dalam Pembelajaran. Jakarta: Uhamka Press.
Arends, Richard. (2004). Learning to Teach. New York: Mc Graw Hill.
Bambang, Subali. (2012). Prinsip Asesmen & Evaluasi Pembelajaran. Yogyakarta: UNY Press.
Bambang, Subali dan Suyata P. (2012). Pengembangan Item Tes Konvergen dan Divergen dan Penyelidikan Validitasnya Secara Empiris. Yogyakarta : Diandra Pustaka Indonesia.
Bambang, Subali (2013). Kemampuan Berpikir Pola Divergern dan Berpikir Kreatif dalam Keterampilan Proses Sains : Contoh Kasus dalam Mata Pelajaran Biologi SMA. Yogyakarta : UNY Press.
Basuki, I. dan Hariyanto. (2014). Asesmen Pembelajaran. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya.
Dettmer, Peggy. (2006). New Blooms in Established Fields: Four Domains of Learning and Doing. Roeper Review, Winter 2006; 28,2; ProQuest Education Journals.
Dettmer, Peggy. (2006). New Blooms in Established Fields: Four Domains of Learning and
Doing. Roeper Review, Winter 2006; 28,2; ProQuest Education Journals.
Endrayanto, H. Y. S. dan Harumurti, Y. W. (2014). Penilaian Belajar Siswa di Sekolah.Yogyakarta : PT. Kanisius.
Depdiknas. (2006). Model Penilaian Kelas. Jakarta: Puskur Balitbang Departemen Pendidikan Nasional.
Hamzah., B. Uno dan Koni, K. (2012). Assesment Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara.
Herman, Yosep S. E. & Yustiana Wahyu. (2014). Penilaian Belajar Siswa di Sekolah. Yogyakarta: PT Kasinus.
Mengonstruksi Instrumen Asesmen Ranah Kognitif dan Sensorimotor Page 62
Michael, K. Russell and Peter W. Airasian. (2011). Classroom Assessment: Concepts and Applications, 7th Edition. New York: McGraw-Hill Education.
Mimin, Haryati. (2007). Model & Tenik Penilaian Pada Tingkat Satuan Pendidikan. Jakarta: Gaung Persada Press.
Nurhayati, N., Mukhlis, dan Jaya, A. (2015). Biologi untuk SMA/MA Kelas X. Bandung : Yrama Widya.
Oostraf, A. C. (2003). Classroom Aplication of Education Measurenment. Ohio: Meril Publising.
Permendiknas. (2013). Permendiknas No. 64 tentang standar isi kurikulum 2013. Jakarta : Depdiknas.
Popham, W. J. (2008). Teknik Mengajar Secara Sistematis. Terjemahan oleh Amirul Hadi,dkk. Jakarta : Rineka Cipta.
Raymond, H. Witte. (2012). Classroom Assessment For Teachers. Miami University: Mc Graw Hill.
Tom, Kubiszyn and Gary D. Borich. (2013). Educational Testing and Measurement:
Classroom Application and Practice, 10th Edition. New York: John Wiley & Sons.
Wigins, G.P. (1998). Educative Assessment Designing Assessment to Inform and Improve
Student Performance. San Fransisco: Josse-Bass Publiser
Keterangan: silahkan dipilih sendiri daftar pustakanya, karena artikel ini hanya penggalan makalah, sehingga daftar pustakanya tidak masuk semua dalam artikel