Entri Populer

LINGKUNGAN SEBAGAI SUATU SISTEM


A.    TUJUAN
1)      Mahasiswa dapat mengidentifikasi macam-macam komponen lingkungan, pada 2 (dua) sistem lingkungan yang berbeda.
2)      Mahasiswa dapat mengetahui keterkaitan, atau interaksi antar komponen pada masing-masing sistem lingkungan yang diperbandingkan.
3)      Mahasiswa dapat menyatakan pendapatnya tentang kesempurnaan masing-masing sistem lingkungan dibandingkan berdasar pada kelengkapan komponen fungsional masing-masing (setidaknya dari segi arus energi dan siklus materi)
4)      Mahasiswa dapat menyatakan pendapatnya, gagasan atau ide, tentang masing-masing sistem lingkungan yang diperbandingkan untuk pengelolaan selanjutnya.

B.     DASAR TEORI
Menurut Moh. Soerjani (1987 : 3-5), lingkungan hidup adalah sistem kehidupan di mana terdapat campur tangan manusia terhadap tatanan ekosistem. Oleh karena itu menurut batasan yang ada dalam undang-undang No 4/1982 tentang ketentuan pokok pengelolaan lingkungan hidup. Lingkungan hidup adalah sistem yang merupakan kesatuan dengan semua benda, daya keadan dn mkhluk hidup termasuk manusia dan perilakunya yang menentukan perikehidupan serta kesejahteraan manusia dan maklk hidup lainnya.
            Ilmu lingkungan dikembangkan dengan ekologi sebagai dasar. Jika ekologi mempelajari susunan serta fungsi seluruh makhluk hidup dan komponen kehidupan lainnya maka ilmu lingkungan mempelajari tempat dan peranan manusia di antara makhluk hidup dan komponen kehindupan lainnya. Dengan kata lain ilmu lingkungan sebagai ekologi terapan yang menerapkan berbagai prinsip dn ketentuan ekologi dalam kehidupn manusia, atau ilmu yang mempelajari bagaimana manusia harus menempatkan dirinya dalam ekosistem atau lingkungan hidupnya.
Pada dasarnya, manusia adalah kelompok individu yang mer upakan populasi dari suatu species hewan. Terdapat hubungan anata berbagai tipe makhluk hidup dalam jaring-jaring kehidupan, termasuk di dalamnya manusia uang tidak mungkin hidup tanpa adanya makhluk hidup lainnya. Khususnya tumbuhan dan kelompok perombak.
            

Variasi lingkungan menimbulkan masalah yang berbeda bagi hewan dan tumbuh-tumbuhan bila hewan dihadapkan pada habitat yang berbeda, maka mereka harus memilihnya. Berbeda dengan hewan, tumbuh-tumbuhan dengan beberapa pengecualian, bila mereka hidup dalam suatu tempat, mereka harus hidup dengan lingkungan itu atau mati.
Hewan secara aktif akan pidah dari lingkungan satu ke lingkungan yang lain apabila terjadi perubahan lingkungan sementara dengan begitu, hewan dapat tinggal pada rentangan kondisi lingkungan yang optimum bagi mereka. Sedang pada tumbuh-tumbuhan, meskipun tidak dapat pindah tempat kebnyakan mereka mengatur aktivitasnya sesuai dengan kondisi pada suatu saat. Secara sederhana tumbuh-tumbuhan akan menutup stomata apabila kondisi lingkungan kurang baik.
Dalam suatu lingkungan hidup selain banyak terdapat faktor biotik sebagaimana dijelaskan di atas, ada juga faktor abiotik yang mempunyai keterkaitan antara satu dengan yang lain, baik antara biotik-abiotik maupun antar sasama faktor. Faktor abotik adalah faktot takhidup yang meliputi faktor fisik dan kimia. Faktor fisik utama yang mempengaruhi adalah sebagai berikut:
a.       Suhu
Suhu berpengaruh terhadap ekosistem karena suhu merupakan syarat yang diperlukan organisme untuk hidup. Ada jenis-jenis organisme yang hanya dapat hidup pada kisaran suhu tertentu.



b.      Sinar Matahari
Sinar matahari mempengaruhi ekosistem secara global karena matahari menentukan suhu. Sinar matahari juga merupakan unsur vital yang dibutuhkan oleh tumbuhan sebagai produsen untuk berfotosintesis.
c.       Air
Air berpengaruh terhadap ekosistem karena air dibutuhkan untuk kelangsungan hidup organisme. Bagi tumbuhan, air diperlukan dalam pertumbuhan, perkecambahan, dan penyebaran biji; bagi hewan dan manusia, air diperlukan sebagai air minum dan sarana hidup lain, misalnya transportasi bagi manusia, dan tempat hidup bagi ikan. Bagi unsur abiotik lain, misalnya tanah dan batuan, air diperlukan sebagai pelarut dan pelapuk.
d.      Tanah
Tanah merupakan tempat hidup bagi organisme. Jenis tanah yang berbeda menyebabkan organisme yang hidup didalamnya juga berbeda. Tanah juga menyediakan unsur-unsur penting bagi pertumbuhan organisme, terutama tumbuhan.
Menurut H. KOHNKE (1968) dalam ilmu pengantar tanah, tanah memiliki tekstur dan bahan mineral yang terkandung. Bahan mineral tersebut antara lain pasir, debu, dan liat.



Pasir, debu, dan liat adalah partikel-patikel tanah (mineral) yang dapat digolongkan berdasarkan atas ukuran, bentuk, kerapatan dan kompsisi kimia. Partikel partikel tanah yang dikelompokan bedasarkan atas kuran tertentu disebut fraksi (partikel) tanah. Menurut sistem MOHR, fraksi tanah asir mempunyai ukuran 2,00-0,55 mm, debu 0,05-0,005 mm, liat 0,005 mm.
e.       Angin
Angin sangat membantu dalam proses penyerbukan atau pembuahan beberapa jenis tumbuhan, sehingga proses regenerasi tumbuhan dapat berlangsung. Bahkan ada tumbuhan tertentu yang penyebaran benihnya dilakukan oleh angin. Contohnya, ilalang atau sejenis rumput-rumputan.

C.     ALAT DAN BAHAN
1)      Termometer                                   8)    Cetok
2)      pH meter                                       9)    Pengukur porusitas tanah
3)      Lux meter                                      10)  Tabung reaksi
4)      Loupe                                            11)  Centrifuge
5)      Pinset                                            12)  Anemometer
6)      Higrometer                                                13)  Gelas Ukur 100 mL
7)      Meteran

D.    LANGKAH KERJA

Menetapkan dua lokasi sebagai darerah studi, satu tempat terjamah dan satu tempat tak terjamah

Menentukan sampel objek pada masing- masing lokasi lingkungan, dengan cara ploting, membuat plot- plot untuk mewakili masing- masing lokasi lingkungan baik lingkungan terjamah maupun tdak terjamah.

Mengamati informasi (data) dari masing- masing sampel lingkungan, dengan cara identifikasi komponen lingkungan dengan segala kondisinya.

Menganalisis kedua komponen lingkungan tersebut dan membandingkannya.
E.     HASIL PENGAMATAN
-           Tempat terjamah (Graha Sabha Pramana) Jam 16.48 WIB
Komponen Lingkungan
Macam
Ukuran
Keterangan

Abiotik
Tanah
Suhu
250 C


Kelembaban



Porusitas
10 sekon


Struktur
rata


Tekstur
Liat berpasir


Udara
Suhu
270 C


Kelembaban
79,5 %


Intensitas cahaya
43 Cd


Kecepatan angin
0.9 m/s


Biotik 

produser




 


konsumer





 



dekomposer
Pohon beringin

Banyak

Rumput

Banyak sekali

Bunga teh- tehan

Banyak

Pohon matoa

Banyak













Semut  hitam

Banyak

Serangga tanah

Banyak

Laba- laba

Sedikit

Manusia

Banyak









           







Cacing tanah

Banyak













-          Tempat tak terjamah (belakang lab. Kimia UNY) Jam 15.00 WIB
Komponen Lingkungan
Macam
Ukuran
Keterangan
Abiotik
Tanah
Suhu
270 C

Kelembaban


Porusitas
12 sekon

Struktur
Tidak rata

Tekstur
Liat

Udara
Suhu
290 C

Kelembaban
85,5 %

Intensitas cahaya
124 Cd

Kecepatan angin
1 m/s

Biotik 

produser












 


konsumer



 





dekomposer
Pohon markisah

Banyak
Rumput-rumputan

Banyak
Pohon singkong

Sedikit
Serai

Banyak
Pohon jambu

Sedikit
Pohon pisang

Sedikit
Pohon talok

Sedikit
Putri malu

Banyak
Pohon waru

Sedikit
Cabai

Sedikit
Terong

Sedikit
Jahe

Banyak
Petai cina

Sedikit
Rhoe discolor

Sedikit
Pohon koro

Banyak
Semut hitam   

Banyak
Nyamuk

Banyak
Capung

Sedikit
Kupu-kupu

Sedikit
Lalat

Sedikit
Belalang

Sedikit
Lebah

Sedikit
Gareng pung

Sedikit
Kepik

Banyak
Semut merah

Banyak
Cacing tanah

banyak




F.      PEMBAHASAN
Praktikum pertama pada mata kuliah ini tentang lingkungan sebagai suatu sistem. Kelompok kami memilih dua tempat yang berbeda untuk mengetahui perbedaan antara kedua temapat tersebut. Masing-masing tempat memiliki jumlah komponen yang berbeda karena perbedaan jumlah kunjungana dan campur tangan manusia. Tempat yang kami pilih adalah lapangan Graha Sabha Pramana sebagai tempat yang banyak terjamah manusia dan kebun di belakang Laboratorium FMIPA UNY sebagai tempat yang tidak terlalu banyak terjamah manusia.
Berdasarkan hasil pengamatan, terdapat banyak perbedaan antara kedua tempat tersebut baik komponen biotik maupun komponen abiotik. Pada komponen biotik, produser banyak terdapat di tempat yang tidak terjamah. Baik jumlah maupun jenisya, produser lebih bervariasi dikarenakan belum banyak mendapat campur tangan dari manusia untuk kepentingan yang lain, misalnya keindahan. Lingkungan pada tempat tak terjamah masih alami dan sedikit campur tangan manusia.
Pada lingkungan terjamah memang telah diatur dan dimanfaatkan sedemikian hingga untuk kepentingan wilayah tersebut. Graha Sabha Pramana merupakan lapangan rektorat UGM di mana banyak terdapat banyak mahasiswa berolahraga, sehingga komponen biotic yang terdapat di tempat tersebut relative sedikit sesuai dengan fungsinya sebagai tempat olahraga. Apabila dilihat dari relung ekologi atau fungsinya di dalam suatu ekosistem pohon sebagai produser utama yang jumlahnya sedikit, maka hal tersebut juga akan mempengaruhi keberadaan komponen biotik yang lain seperti konsumer dan dekomposer. Materi organik yang dihasilkan oleh produser sedikit, maka akan terjadi persaingan untuk memperebitkan kebutuhan makan bagi konsumer. Tanaman-tanaman di graha sabha pramana ini adalah tanaman yang daya adaptasinya tinggi dan tahan terhadap tekanan. Tekanan –tekanan ini berupa tekanan suara, stress dan depres. Oleh karena itu menurut kelompok kami, consumer yang terdapat pada lingkungan GSP adalah organisme yang mampu bertahan terhadap materi organik yang berjumlah sedikit. Sehingga hal tersebut juga mempengaruhi jumlah dekomposer karena materi organik dari sisa-sisa makhluk hidup apda lingkungan tersebut sedikit.
Apabila dibandingkan dengan lingkungan tak terjamah, maka baik jumlah maupun jenis produser yang terdapat sangat banyak. Keberadaan produser yang banyak ini mempengaruhi keberadaan konsumer yang juga akan semakin banyak. Karena produser tersebut dapat dijadikan tempat hidup bagi beberapa konsumer seperti semut dan beberapa serangga lainnya. Keberadaan produser yang banyak ini dikarenakan kebun bukan merupakan tempat yang memerlukan keindahan dan fungsi tertentu, sehingga banyak tanaman yang dapat tumbuh dengan bebas tanpa dikhawatirkan dapat mengganggu keindahan dan fungsi dari kebun itu sendiri.
Selain faktor biotik yang membedakan kedua tempat tersebut, di mana komponen biotik pada lingkungan tak terjamah lebih banyak jumlah dan jenisnya dibandingkan dengan lingkungan terjamah yang jumlah dan jenis komponen biotic lebih sedikit beberapa komponen abiotik pada lingkungan tak terjamah juga mendukung sistem pada lingkungan tersebut menjadi lebih kompleks. Misalnya porositas tanah pada lingkungan tak terjamah lebih tinggi dibandingkan dengan lingkungan yang telah terjamah. Porositas yang tinggi menandakan bahwa kandungan materi organiknya lebih tinggi. Contoh lainnya dapat dilihat pada kelembaban udara di kedua tempat tersebut. Pada tempat yang tak terjamah kelembaban udaranya lebih tinggi dibandingkan tempat yang terjamah. Keberadaan produser yang banyak dapat mengeluarkan uap air  lebih banyak pada proses fotosintesis, sehingga kandungan uapa air dalam udara lebih tinggi (kelembaban udara tinggi).
Pada saat pengambilan data di kedua tempat tersebut kurang efektif yang dikarenakan keterbatasan alat dan kondisi serta waktu pengambilan data. Seharusnya pengambilan data dilakukan pada waktu yang bersamaan karena dapat mempengaruhi data. Pada waktu pengambilan data di atas dilakukan secara bergantian, karena keterbatasan alat praktikum yang tidak mencukupi apabila dilakukan pengambilan data secara bersamaan. Sebagai contoh intensitas cahaya. Pada lingkungan tak terjamah intensitas cahaya lebih tinggi daripada lingkungan terjamah karena pada saat pengambilan data di tempat terjamah dilakukan pada sore hari (setelah pengambilan data di tempat tak terjamah) sehingga intensits cahayanya menjadi lebih rendah.
Ketidakbersamaan waktu praktikum ini juga menyebabkan perbedaan suhu yang sangat signifikan. Tempat yang tidak terjamah bersuhu 29o C sedangkan tempat terjamah bersuhu 27o C. Seharusnya suhu di tempat yang terjamah lebih tinggi karena adanya aktivitas manusia. Aktivitas manusia yang tinggi mengakibatkan kenaikan suhu udara karena adanya pembebasan kalor dari tubuh manusia tersebut. Namun pada praktikum kali ini perbedaan waktu yang menjadikan perbedaan suhu tersebut.

Baik pada lingkungan terjamah maupun pada lingkungan tak terjamah memiliki komponen biotik dan abiotik yang saling berkaitan satu dengan yang lainnya menjadi suatu sistem. Di mana sistem tersebut  juga dipengaruhi oleh manusia. Manusia, hewan, tumbuhan, dan factor abiotik merupakan satu kesatuan yang membentuk suatu sistem baik sistem kompleks maupun sistem yang kurang kompleks.

G.    KESIMPULAN
Berdasarkan hasil pengamatan dari praktikum ini dapat disimpulkan bahwa lingkungan yang tak terjamah memiliki komponen biotik yang lebih kompleks daripada lingkungan yang terjamah. Interaksi pada lingkumgan tak terjamah lebih banyak dan kompleks. Untuk siklus materi pada lingkungan tak terjamah berputar lebih lama daripada lingkungan terjamah karena komponen lingkungan tak terjamah lebih banyak, begitu pula untuk aliran energi, energi yang dipergunakan atau dimanfaatkan pada lingkungan tak terjamah lebih besar. Pengelolaan selanjutnya untuk komponen biotik seperti tumbuhan pada lingkungan terjamah lebih diperbanyak agar sistem berjalan seimbang. 

H.    DISKUSI:
1)      Komponen biotic yang lebih banyak terdapat pada lingkungan yang tidak terjamah (belakang laboratorium Kimia UNY).
2)      Komponen-komponen yang teramati secara makro pada masing-masing lingkungan belum memenuhi terjadinya proses aliran energy dan siklus materi
-          Komponen biotic yang sebenarnya ada namun tidak teramati secara makro yaitu jamur, bakteri,
3)      Pada lingkunagn yang tak terjamah terjadinya proses arus energy dan siklus materi lebih efektif daripada lingkungan yang terjamah.
4)      Lingkungan yang memiliki perkembangan yang bersifat dinamik yaitu lingkungan yang sering dijamah karena dengan adanya tekanan dari luar menyebabkan suatu adaptasi terhadap lingkungan, sehingga organisme yang ada di lingkungan tersebut lebih adaptif terhadap tekanan lingkungan dari luar.



DAFTAR PUSTAKA

Hadisubroto, Tisno. 1989. Ekologi Dasar. Jakarta: Depdikbud.
Soerjani, Moh, dkk. 1987. Lingkungan : Sumberdaya Alam dan Kependudukan     dalam Pembangunan. Jakarta: UI- Press.
Sudjoko, dkk. 1998. Ekologi. Yogyakarta: FMIPA UNY.
Sukirman dan Djuwanto. 2007. Ilmu Lingkungan. Yogyakarta: FMIPA UNY.


 By: Rina Vitdiawati, dkk.

Related Post

Previous
Next Post »