Entri Populer

“MENCIPTAKAN KEMERDEKAAN DALAM PENDIDIKAN DAN PEMBELAJARAN BIOLOGI UNTUK MENCAPAI KECERDASAN IESAAC”

Disusun oleh :
Rina Vitdiawati                      
Windi Septa Riandi               
Rini Nusantari                        
Dewi Nilam Tyas                   

A.  Esensi kemerdekaan dalam pelaksanaan pendidikan dan pembelajaran biologi
Kalimat pertama yang tertulis dalam Pembukaan UUD RI 1945, yaitu bahwa sesungguhnya kemerdekaan itu ialah hak segala bangsa dan oleh sebab itu maka penjajahan di atas dunia harus dihapuskan karena tidak sesuai dengan perikemanusiaan dan perikeadilan. Menegaskan bahwa kemerdekaan merupakan syarat hidup bagi setiap manusia di dunia ini. Tidak ada manusia yang berkuasa atas manusia lainnya. Kemerdekaan diberikan oleh Tuhan bagi setiap manusia dan tidak boleh dirampas oleh manusia lainnya karena hakikatnya setiap manusia memiliki kedudukan yang sama di mata Tuhan yaitu sebagai hamba.
Mengingat kembali sejarah perjuangan kemerdekaan bangsa menuju bangsa Indonesia yang merdeka dari penjajahan, tokoh pendidikan bangsa Ki Hajar Dewantara menyadari bahwa pendidikan merupakan alat dan sarana utama untuk mewujudkan kemerdekaan bangsa. Pendidikan membebaskan batin dan pikiran masyarakat untuk menyadari bahwa hak hidup atas keberlangsungan dirinya (merdeka) telah dikaruniakan oleh Tuhan dan bukan atas pemberian dari manusia lain. Manusia yang kuat dan berkuasa pun tidak berhak mengambil kemerdekaan atas manusia lainnya. Dengan batin dan pikiran yang merdeka, manusia akan berjuang untuk mendapatkan kemerdekaan atas diri/ jasmaninya.
Dalam filosofi pendidikan Ki Hajar Dewantara, kemerdekaan dipandang sebagai syarat dan tujuan membentuk kepribadian. Pendidikan tidak boleh dimaknai sebagai paksaan, dimana paksaan akan membentuk kepribadian yang tidak utuh. Pendidikan dilaksanakan dengan dasar tertib dan damai, tata tentrem dan kelangsungan kehidupan batin dan pikiran. Ketetapan batin dan pikiran akan menentukan kualitas seseorang.
Hubungan antara kemerdekaan dan pendidikan tidak dapat dipisahkan, karena keduanya merupakan wujud simbiosis mutualisme. Kemerdekaan secara batin dan pikiran dalam setiap diri manusia merupakan hasil dari pendidikan yang bermutu dan bermakna. Sebaliknya, pendidikan yang bermutu dan bermakna dapat dicapai bila dilaksanakan dalam kondisi lingkungan yang merdeka atau terbebas dari paksaan (Nurcholish Madjid, 1992).
Setiap manusia terlahir dengan kodratnya masing-masing. Tujuan manusia selama hidupnya di dunia adalah menemukan kodratnya sebagai ciptaan Tuhan. Tidak ada seorang pun manusia yang mengetahui kodratnya sendiri atau kodrat atas penciptaan manusia lain. Hanya Tuhan yang mengetahui kodrat dari setiap manusia yang diciptakannya. Sesungguhnya Tuhan telah memberitahukan kodrat setiap manusia dan membekali manusia dengan pengetahuan, namun begitu lahir manusia sengaja dibuat lupa. Untuk itulah manusia menempuh pendidikan dan pembelajaran selama hidupnya untuk mencari kodrat dan pengetahuan yang telah Tuhan berikan kepadanya sebelum mereka terlahir di dunia. Pendidikan dan pembelajaran yang dimaksudkan dalam pengertian yang luas, tidak hanya pendidikan dan pembelajaran yang berlangsung di lembaga pendidikan.
Dalam konteks pendidikan dan pembelajaran, setiap peserta didik terlahir dengan kodratnya masing-masing. Pendidik secara penuh hendaknya menyadari bahwa mereka bukanlah penentu kodrat peserta didik dan tidak mengetahui sejatinya kodrat masing-masing peserta didik. Tugas seorang pendidik adalah menemani peserta didik untuk menemukan kehendak Tuhan atas kodrat mereka.
Lingkungan sekolah merupakan salah satu terlaksananya pendidikan dan pembelajaran bagi peserta didik. Memandang penting kodrat lahir setiap peserta didik sebagai manusia ciptaan Tuhan, pelaksanaan pendidikan dan pembelajaran di sekolah hendaknya memberikan ruang gerak bebas bagi peserta didik untuk menemukan kodratnya masing-masing.
Kemerdekaan dalam pendidikan berarti menciptakan dan memberikan ruang gerak yang bebas bagi peserta didik untuk menempuh jalan mereka masing-masing dalam rangka menemukan jati dirinya dan pada akhirnya menemukan Tuhan sebagai penciptanya. Pelaksanaan pendidikan di sekolah tidak berbicara tentang pola pendidikan apa yang sesuai untuk diterapkan kepada peserta didik, namun menciptakan lingkungan yang mendukung peserta didik untuk mengekplorasi dirinya sendiri dan lingkungan sekitarnya dengan cara mereka sendiri dalam rangka menemukan kodratnya. Pelaksanaan pendidikan dengan suatu pola mendidik tertentu bertentangan dengan konsep kodrat alam peserta didik karena tidak mampu untuk mengarahkan setiap peserta didik menemukan kodratnya yang berbeda-beda.
Pendidikan biologi harus dipandang sebagai alat untuk menemukan kodrat alam peserta didik. Kemerdekaan dalam pelaksanaan pendidikan biologi diharapkan dapat  menumbuhkan kemerdekaan batin peserta didik. Setiap peserta didik akan mendapatkan pengalaman batin yang berbeda-beda meskipun dihadapkan pada situasi pembelajaran yang sama. Sebagai contoh, dalam belajar jaring-jaring makanan, ada peserta didik yang hanya mampu memaknai peristiwa tersebut pada tingkat untuk mendapatkan makanan dan bertahan hidup. Namun, ada pula peserta didik yang mampu memaknai peristiwa tersebut sebagai cara alam untuk menjaga stabilitas jumlah populasi suatu spesies dalam ekosistem. Tugas pendidik yakni memberikan pengalaman belajar belajar bagi peserta didik. Membebaskan peserta didik untuk membangun persepsinya masing-masing dan menarik nilai-nilai yang menurut mereka penting untuk diinternalisasi dalam batin mereka lewat pengalaman belajar tersebut. Dengan menciptakan kebebasan menarik nilai-nilai kehidupan, peserta didik dibimbing untuk menemukan jati dirinya, mengenali siapa dirinya, sehingga mampu membangun kemantapan batinnya.
Pembelajaran biologi tidak terlepas dari objek yang dipelajari, tingkatan organisasi kehidupan, dan tema yang dipelajari. Tujuan pembelajaran biologi yaitu membangun daya pikir peserta didik sehingga mereka menjadi manusia yang mampu berfikir kritis dan inovatif serta tanggap terhadap persoalan yang terjadi di lingkungan sekitarnya. Untuk berkreasi dan berinovasi membutukan pikiran yang merdeka. Pikiran yang merdeka akan mengantarkan kita untuk mendapatkan ilmu, bukan sekedar pengetahuan. Pengetahuan didapatkan karena kita diberi tahu, sedangkan ilmu merupakan pencapaian seseorang sebagai akibat telah bekerjanya akal.
  Melalui tema-tema persoalan biologi yang dikaitkan dengan objek dan tingkatan organisasi kehidupan, diharapkan mampu membangun pemikiran kritis peserta didik atas persoalan yang dihadapi. Biarkan peserta didik memandang dan menanggapi persoalan biologi menurut kacamata mereka, jangan mendikotomi sudut pandang mereka salah atau benar dalam menyikapi persoalan. Bebaskan pikiran mereka untuk merekontruksi pengetahuan-pengetahuan sehingga mereka mengetahui bagaimana caranya mendapatkan suatu ilmu bukan mendapatkan sekedar pengetahuan. Dengan memiliki ilmu mereka mampu memberikan inovasi-inovasi dalam memecahkan persoalan-persoalan yang terkait dengan biologi.
Pada akhirnya, kemerdekaan dalam pelaksanaan pendidikan dan pembelajaran biologi tergantung dari bagaimana guru atau pendidik mampu menghadirkan suasana kemerdekaan dalam pendidikan dan pembelajaran biologi itu sendiri. Memberikan kumpulan pengetahuan tentang biologi bukanlah poin utama dalam pendidikan dan pembelajaran biologi. Menanamkan dalam diri sebagai pendidik dan pada diri peserta didik bahwa pendidikan dan pembelajaran biologi merupakan salah satu cara untuk mendapatkan ilmu. Dan ilmu yang didapat tersebut hendaknya mengantarkan kita untuk mengenal dan menemukan Tuhan walaupun lewat cara yang berbeda-beda.
                                                                               

B.  Kemerdekan batin dan pikiran wujud/ hasil dari pendidikan dan pembelajaran
Esensi pendidikan adalah mempersiapkan peserta didik agar siap menghadapi masa depan yang tidak/ belum mereka perhitungkan dan membutuhkan mereka untuk beradaptasi terhadap berbagai kemungkinan yang akan mereka temui dimasa mendatang.
Dalam proses pembelajaran, masih terjadi adanya doktrinasi dalam setiap materi pelajaran. Kegiatan belajar lebih banyak berkutat pada tingkat berpikir minimal, guru sekedar menyuruh sekaligus melarang anak didiknya tanpa memberi kesempatan untuk belajar mandiri. Paradigma pembelajaran yang ada saat ini masih cenderung mengimpor pengetahuan dari luar dirinya. Akibatnya pengembangan potensi  kemampuan daya nalar dan kreativitas mengalami kemandegan, tidak menciptakan kemerdekaan berpikir bagi peserta didik.
Berdasar epistemologinya, pendidikan dikaitkan dengan masalah kurikulum, terutama dalam hal penyusunan dasar-dasar kurikulum termasuk di dalamnya terkait dengan metode pembelajaran yang digunakan, dan segala proses keilmuan yang ada di dalam lembaga pendidikan. Pendidikan hendaknya mampu menciptakan manusia yang senantiasa mempelajari dirinya sendiri dari wujud materiil, psikologi, dan rohaninya.
Pendidikan yang ada saat ini bukan pendidikan melainkan jual beli pengetahuan. Pengetahuan itu bahan. Ilmu adalah cara memasak bahan. Pendidikan dan pembelajaran yang terjadi di sekolah hanya memberikan bahannya saja. Peserta didik tidak dilatih untuk mendapatkan ilmu. Sehingga yang terjadi adalah tidak ada yang namanya pendidikan, tapi jual beli pengetahuan. Padahal pendidikan merupakan solusi utama menghasilkan generasi penerus yang merdeka secara jiwa dan raga.      
Seorang pendidik harus merasa merdeka batin dan pikirannya sebelum memberikan pendidikan dan pembelajaran yang memerdekakan peserta didiknya. Makna kemerdekaan pendidikan dan pembelajaran bagi  seorang pendidik yaitu pendidik bagaimana dapat menciptakan ruang gerak yang bebas bagi muridnya untuk mengeskplorasi pengalaman belajarnya tanpa terbelenggu oleh tuntutan kurikulum. Pendidik yang terpaku pada kurikulum dan muatan materi dalam buku teks hanya akan membunuh daya pikir siswa. Muatan materi biologi dalam kurikulum bukanlah tujuan dari pendidikan dan pembelajaran. Namun, bagaimana muatan materi biologi tersebut menjadi alat untuk dapat memberikan pengalaman belajar bagi peserta didik.  
Membangun kemerdekaan pendidikan dan pembelajaran menuntut guru untuk memahami karakteristik setiap peserta didik dan menyadari sepenuhnya bahwa peserta didik merupakan subjek dala proses pendidikan dan pembelajaran. Sehngga dala mendesain pengalaman belajar, pendidik fokus pada nilai-nilai apa yang dapat diinternalisasi peserta didik sebagai pengalaman batin dan rekonstruksi pengetahuan apa yang dapat dibangun oleh peserta didik. 

C.  Konsep SETS untuk menciptakan kemerdekaan dalam pendidikan dan pembelajaran biologi
Manusia adalah makhluk ciptaan Tuhan yang terbaik. Bekal utama yang dimiliki manusia yaitu akal dan hati. Melalui proses belajar manusia melatih akal dan hatinya untuk mengetahui jati dirinya, serta peran yang dikehendaki Tuhan atas dirinya. Proses tersebut merupakan basis dari pendidikan.
Pengalaman adalah guru terbaik, sedangkan ilmu merupakan harta yang paling berharga. Pengalaman tidak harus selalu yang bersifat susah atau sulit tetapi hal-hal sederhana yang kita temukan sehari-hari bisa jadi belum sungguh-sungguh kita pahami kalau benar-benar kita teliti dan cermati. Perbedaan antara pengetahuan dan ilmu yaitu, pengetahuan adalah hal-hal yang kita peroleh karena kita diberi tahu, sedangkan ilmu merupakan pencapaian seseorang sebagai akibat dari telah bekerjanya akal. Sehingga hasil tertinggi dari suatu proses pembelajaran adalah manusia yang berilmu bukan manusia yang berpengatahuan. Dengan ilmu yang manusia miliki, diharapkan mampu membaca tanda-tanda yang Tuhan berikan melalui fenomena-fenomena alam.
Dari sekian banyak yang pernah memiliki kesempatan untuk mendapatkan dan mengumpulkan pengalaman, tidak dapat dipungkiri alam semestalah yang paling berpengalaman. Alam semesta yang berusia milyaran tahun bahkan lebih dengan buminya yang pernah dihuni banyak jenis makhluk hidup dari masa dinosaurus sampai masa manusia. Manusia diberi kesempatan untuk mempelajari “keputusan-keputusan” yang diambil oleh alam.
Salah satu contoh “keputusan” alam yang menarik untuk dipelajari yaitu tentang seksualitas. Seks merupakan suatu cara makhluk hidup untuk menghasilkan keturunan. Dari sudut pandang evolusi, seks adalah salah satu rahasia terbesar yang pernah ada. Sebetulnya ada cara lain yang dapat dilakukan oleh makhluk hidup untuk menghasilkan keturunan, yakni dengan cara aseksual. Yang perlu dipahami adalah kenapa banyak jenis makhluk hidup yang lebih memilih cara seksual daripada aseksual. Cara seksual merupakan suatu metode dimana individu harus menemukan pasangannya dengan jenis kelamin berbeda dan bekerja sama untuk menghasilkan keturunan baru. Cara seksual lebih dipilih oleh alam karena menghasilkan keturunan dengan keberagaman genetik, meskipun jumlah keturunan yang dihasilkan tidak terlalu besar. Keberagaman genetik memberikan keuntungan terhadap kerentangan suatu penyakit. Bila suatu individu terkena penyakit, maka invidu lain dalam satu keturunan dapat terhindar dari suatu penyakit. Sedangkan dengan cara aseksual, suatu jenis makhluk hidup mampu menghasilkan keturunan dalam jumlah banyak yang 100% mirip dengan dirinya. Artinya, semua keturunannya memiliki kesamaan genetik. Dari segi jumlah memang menguntungkan, namun dari segi kerentangan terhadap penyakit sangat tidak menguntungkan. Bila anggota dari spesies tersebut terkena penyakit, maka dapat dipastikan anggota lainnya dalam spesies yang sama juga akan terkena penyakit, yang pada akhirnya akan menyebabkan kepunahan. Hal ini yang kita sebut dengan hukum seleksi alam.       
Contoh lain yang diberikan oleh alam untuk kita pelajari adalah society system pada kelompok semut dan lebah. Dimana dalam populasi semut dan lebah terdapat sistem pembagian kerja yang sangat terorganisir, sehingga tidak ada satu individu pun dalam populasi tersebut yang tidak memiliki peran atau tugas dalam kelompoknya.
Pengaturan hidup Tuhan atas setiap makhluknya terlihat dari adanya nichia/ relung ekologi. Burung elang dan burung hantu sama-sama karnivora, bermata tajam, dan ular adalah salah satu mangsa dari kedua hewan tersebut. Tuhan telah mengatur rahmat kedua hewan tersebut secara adil dengan memisahkan keduanya ke dalam waktu berburu yang berbeda agar tidak terjadi persaingan diantara keduanya. Burung elang aktif memangsa di siang hari, sedangkan burung hantu aktif memangsa pada malam hari. Keputusan Tuhan ini menjamin keduanya untuk mendapatkan nikmat yang sama.
   Hal pertama yang dilakukan untuk memahami contoh-contoh “hukum atau keputusan-keputusan alam” tersebut adalah iqra’ atau membaca. Sesuai dengan kata pertama yang turun dalam Al-Qur’an. Manusia disuruh oleh Tuhan untuk membaca ayat-ayat Tuhan. Dimana ayat-ayat Tuhan banyak yang terhampar di alam semesta beserta fenomena-fenomena di dalamnya, daripada yang tercatat. Membaca lingkungan alam termasuk fenomena dan persoalan yang ada di dalamnya, akan memberikan manfaat kepada manusia bila dikaji dengan ilmu. Karena hanya orang berilmu yang mampu memahami makna sesungguhnya yang terkandung dalam suatu peristiwa yang terjadi di alam.
Manusia belajar dari alam untuk memperoleh kumpulan pengetahuan. Kumpulan pengetahuan tersebut direkontruksi oleh akal manusia sehingga mencapai tingkatan ilmu. Lingkungan alam semesta selain memberikan pengetahuan bagi manusia juga dapat menimbulkan persoalan bagi manusia. Ilmu yang diperoleh berguna untuk memecahkan permasalahan yang terjadi di lingkungan alam  semesta. Dengan ilmu, manusia dapat menciptakan teknologi yang berguna untuk memecahkan persoalan lingkungan dan menjaga keberlangsungan lingkungan alam semesta. Lestarinya alam semesta pada akhirnya juga akan memberikan manfaat bagi manusia sendiri. Antara sains/ ilmu, environment/ lingkungan, teknologi, dan society/ masyarakat harus terjadi hubungan timbal balik.  

D.  Kemerdekaan batin dan pikiran modal awal untuk meraih kecerdesaan IESAAC
Bukan hanya guru saja yang harus merdeka batin dan pikiranya, siswa yang dididikpun juga harus merdeka. Kemerdekaan yang dimiliki oleh guru harus bisa membangun kemerdekaan untuk siswanya. Kemerdekaan batin tersebut dapat digunakan untuk membangun kecerdasan IESAAC. Kecerdasaan IESAAC adalah kepanjangan dari Intelegens, Emosional, Spiritual, Affirmative, Assertive, dan Creative quotiens. Dengan rasa merdeka dalam diri siswa, mereka akan lebih mudah untuk mengkonstruk berbagai informasi yang didapat dalam kehidupan dan menjadikanya sebagai suatu ilmu pengetahuan.
Selama ini banyak siswa dan mahasiswa yang belum memiliki kemerdekaan batin. Batin dan pikiran mereka masih terbelenggu dengan satu tujuan dan kekhawatiran akan masa depan, sehingga mereka tidak dapat mengembangkan potensi kecerdasan IESAAC yang ada di dalam diri. Mereka akan cenderung lebih fokus pada salah satu hal yang dianggap penting dan potensial untuk masa depannya. Padahal, di dunia ini tidak ada satupun yang dapat menjamin masa depan. Sebagai contoh, siswa SD hingga SMA dihantui dengan rasa takut yang berlebihan akan adanya Ujian Nasional. Oleh karenanya, mereka akan lebih fokus pada salah satu pada kecerdasan yang dimiliki, yaitu kecerdasan intelegensi saja. Sementara untuk kecerdasan yang lain seolah menjadi tidak penting untuk dikembangkan.
Bahkan sampai menyandang status sebagai mahasiswapun banyak yang masih berfikir jika IPK yang tinggi akan menjamin masa depanya. Mahasiswa banyak yang takut untuk mengikuti berbagai kegiatan non akademik dengan alasan ingin fokus kuliah. Jika diperhatikan lebih dalam, ada jutaan orang di luar sana yang sukses yang diraih bukan karena IPK yang dimiliki melainkan dari keahlihan yang lain. Jika seorang siswa atau mahasiswa lebih dapat memerdekakan batinnya, mereka tidak akan terlalu stress ataupun merasa terbebani dengan satu hal saja. Mereka akan banyak mendapatkan banyak kegiatan yang bervariasi dan mengalihkan kebosanan yang mereka alami.
 Kemerdekaan batin dalam diri seseorang dapat muncul dengan sendiri karena kesadaran yang dimiliki oleh individu tersebut dengan melihat dan membaca realita yang ada di masyarakat tempat tinggalnya. Akan tetapi kemerdekaan batin ini juga dapat diperoleh melalui pemberian orang lain, misalnya melalui guru/dosen yang mendidiknya. Disinilah peran pendidik yang sebenarnya. Guru/dosen harus dapat meminimalisir proses penjajahan batin siswanya agar dalam proses pengembangan kecerdasan IESAAC dapat lebih mudah.

Related Post

Previous
Next Post »